Jika Anda diberi kesempatan menjadi seorang pemimpin baik dalam ruang lingkup kecil maupun besar maka Anda langkah apa yang perlu Anda lakukan ?. Jawabannya tentu dikembalikan kepada Anda masing-masing. Namun jika saya ditanya, saya akan membuat suatu perbedaan dari pemimpin-pemimpin terdahulu melalui sebuah perubahan (change), tapi tidak sekedar asal beda lho. Salah satunya adalah bagaimana agar nilai-nilai keadilan dapat ditegakkan dalam lingkungan kerja.
Islam mengajarkan agar pemimpin mampu bersikap adil, tidak memihak kepada yang kuat dan menindas yang lemah dan ini menjadi catatan paling penting tentang hakikat kepemimpinan dalam Islam. Saking pentingnya keadilan dalam kepemimpinan Islam, Allah SWT menjanjikan (dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah) bahwa pemimpin yang adil termasuk salah satu diantara 7 (tujuh) golongan yang dinaungi-Nya pada hari yang tiada naungan selain naungan-Nya. Sebaliknya, ancaman bagi pemimpin yang dzalim dijanjikan pula melalui sabdanya, “Dua golongan dari umatku yang tidak akan memperoleh syafaatku yaitu pemimpin yang dzalim lagi penipu dan orang yang melampaui batas dalam urusan agama, sedang agama berlepas diri dari mereka.” (HR At-Thabari). Allah SWT dengan eksplisit juga “mengutuk” orang-orang yang dzalim melalui salah satu ayat-Nya, “Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang dzalim” (QS. Huud : 18). Sementara dalam ayat yang lain Dia menyuruh kita melakukan keadilan, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil” (QS An-Nahl : 90).
Dalam ruang lingkup perusahaan, keadilan perlu ditegakkan oleh para pemimpin dalam semua level mulai dari supervisor, kepala cabang, kepala divisi, direktur, sampai komisaris. Apa pun jabatannya, bagi siapa saja yang memiliki sub-ordinat alias anak buah haruslah bersikap adil.
Membuat sebuah keputusan dengan mengedepankan rasa keadilan bagi semua pihak bukanlah pekerjaan mudah, apalagi konsep pemimpin dalam catatan Islam adalah pelayan bagi rakyatnya. Ketika rakyat merasa “tidak dilayani” melalui “keputusan yang tidak adil” maka pemimpin itu jelas gagal dalam konteks ajaran Islam. Ketika “rakyat” (anak buah) Anda tidak terlayani dengan baik segala urusannya maka Anda gagal menjadi pemimpin yang adil meskipun dalam aspek lain mungkin Anda memiliki prestasi yang mengagumkan.
Penutup
Tidak mudah menjadi seorang pemimpin yang adil meski tidak mustahil untuk mewujudkan nilai-nilai keadilan itu. “Orang-orang yang akan dikasihi Allah dan yang paling dekat di sisi-Nya adalah pemimpin yang adil, dan yang bakal menerima azab yang sangat pedih adalah pemimpin yang dzalim” (HR Tirmidzi). Inilah catatan teramat penting bagi kita semua, terutama para pemimpin dan pengambil keputusan yang menaungi hajat hidup orang banyak.
0 komentar:
Posting Komentar
mohon bantuannya